Jakarta - Lonjakan harga minyak dunia yang terjadi sampai menembus US$ 90 per barel membuat harga jual bahan bakar minyak (BBM) non subsidi Pertamina yakni pertamax cs terus naik. Pertamina menyatakan tak memberi subsidi untuk menekan harga pertamax.
"Kita tidak akan subsidi untuk pertamax, jadi mengikuti harga keekonomian," demikian dikatakan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan ketika ditemui di kantor Mabes AD, Jakarta, Selasa (4/1/2011).
Karen membantah ongkos produksi Pertamina yang tidak efisien menjadi penyebab tingginya harga pertamax. Karena tidak berbeda jauh dengan harga BBM dari para pesaingnya.
"Harga produksi itu hanya berapa persen dari bahan pokok, yang mahal itu bahan pokoknya (minyak). Sekarang harga minyak lagi naik, kita mengikuti harga pasar. Kalau pertamax ada kiat tertentu, strategi marketing, kapan kita bikin rendah, sama, atau lebih tinggi," jelas Karen.
Di tempat yang sama, VP Corporate Communication Pertamina M. Harun mengatakan, Pertamina terus mengkaji perkembangan harga minyak tiap dua minggu dan akan dirata-ratakan untuk pemberlakukan harga pertamax cs di minggu berikutnya sehingga kompetitif.
"Pertamax tidak hanya jual oktan, tapi ada additive yang menyempurnakan pembakaran," jelas Harun.
Harun membeberkan penjelasan soal kenaikan harga minyak dunia saat ini akibat permintaan yang tinggi di negara belahan utara karena musim dingin yang ekstrem. Sementara negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC berkomitmen tidak akan menambah produksinya dan menikmati keuntungan yang terjadi.
"Menjelang upaya pengendalian subsidi mudah-mudahan cuaca ekstrem di Eropa berkurang sehingga harga minyak normal," tukas Harun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar