Rabu, 19 Oktober 2011

Manfaat dan Hikmah Shalat Berjamaah

Topik : Shalat Jumat
Judul : Manfaat dan Hikmah Shalat Berjamaah


Banyak umat Islam yang menganggap remeh urusan shalat berjamaah. Kenyataan ini dapat kita lihat di sekitar kita. Masih bagus mau shalat, pikir kebanyakan orang, sehingga tidak berjamaah pun dianggap sudah menjadi muslim yang baik, layak mendapat surga dan ridha Allah. Padahal, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dalam shahihain, sampai pernah hendak membakar rumah para sahabat yang enggan berjamaah. Kisah ini seharusnya dapat membuka mata kita betapa pentingnya berjamaah dalam melaksanakan rukun Islam kedua ini.
Jika mengamati hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat berjamaah, barangkali kita dapat menyimpulkan sendiri bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib. Bagaimana tidak, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah; hujan deras, sakit, dan ketiduran. Di luar itu, beliau akan sangat murka melihat umat Islam menyepelekan shalat berjamaah.
Perhatian besar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ini cukup beralasan. Karena di dalam shalat berjamaah terdapat banyak hikmah dan manfaat bagi umat Islam, baik untuk maslahat dien, dunia, dan akhirat mereka. Berikut ini beberapa hikmah dan manfaat yang bisa diunduh umat Islam dari shalat berjamaah.
1.  Allah telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu. Ada yang dilaksanakan secara berulang kali dalam sehari semalam, yaitu shalat lima waktu dengan berjamaah di masjid. Ada juga pertemuan yang dilaksanakan sekali dalam sepekan, yaitu shalat Jum'at. Ada juga yang dilangsungkan setelah pelaksanaan ibadah yang agung, dan terulang dua kali setiap tahunnya. Yaitu Iedul Fitri sesudah pelaksanaan ibadah puasa Ramadlan dan Iedul Adha sesudah pelaksanaan ibadah Haji. Dan ada juga yang dilaksakan setahun sekali yang dihadiri umat Islam dari seluruh penjuru negeri, yaitu wukuf  di Arafah. Semua ini untuk menjalin hubungan persaudaraan dan kasih sayang sesama umat Islam, juga dalam rangka membersihkan hati sekaligus dakwah ke jalan Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
2.  Sebagai bentuk ibadah kepada Allah melalui pertemuan ini dalam rangka memperoleh pahala dari-Nya dan takut akan adzab-Nya.
3.  Menanamkan rasa saling mencintai. Melalui pelaksanaan shalat berjamaah, akan saling mengetahui keadaan sesamanya. Jika ada yang sakit dijenguk, ada yang meninggal di antarkan jenazahnya, dan jika ada yang kesusahan cepat dibantu. Karena seringnya bertemu, maka akan tumbuh dalam diri umat Islam rasa cinta dan kasih sayang.
4.  Ta'aruf (saling mengenal). Jika orang-orang mengerjakan shalat secara berjamaah akan terwujud ta'aruf. Darinya akan diketahui beberapa kerabat sehingga akan tersambung kembali tali silaturahim yang hampr putus dan terkuatkan kembali yang sebelumnya telah renggang. Dari situ juga akan diketahui orang musafir dan ibnu sabil sehingga orang lain akan bisa memberikan haknya.
5.  Memperlihatkan salah satu syi'ar Islam terbesar. Jika seluruh umat Islam shalat di rumah mereka masing-masing, maka tidak mungkin diketahui adanya ibadah shalat di sana.
6.  Memperlihatkan kemuliaan kaum muslimin. Yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid dan keluar secara bersamaan, maka orang kafir dan munafik akan menjadi ciut nyalinya.
7.  Memberi tahu orang yang bodoh terhadap syariat agamanya. Melalui shalat berjamaah, seorang muslim akan mengetahui beberapa persoalan dan hukum shalat yang sebelumnya tidak diketahuinya. Dia bisa mendengarkan bacaan yang bisa dia petik manfaat sekaligus dijadikan pelajaran. Dia juga bisa mendengarkan beberapa bacaan dzikir shalat sehinga lebih mudah menghafalnya. Dari sini, orang yang belum mengetahui tentang syariat shalat, khususnya, bisa mengetahuinya.
8.  Memberikan motifasi bagi orang yang belum bisa rutin menjalankan shalat berjamaah, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya saling mengingatkan untuk membela kebenaran dan senantiasa bersabar dalam menjalankannya.
9.  Membiasakan umat Islam untuk senantiasa bersatu dan tidak berpecah belah. Dalam berjamaah terdapat kekuasaan kecil, karena terdapat imam yang diikuti dan ditaati secara tepat. Hal ini akan membentuk pandangan berIslam secara benar dan tepat tentang pentingnya kepemimpinan (imamah atau khilafah) dalam Islam.
10.  Membiasakan seseorang untuk bisa menahan diri dari menuruti kemauan egonya. Ketika dia mengikuti imam secara tepat, tidak bertakbir sebelum imam bertakbir, tidak mendahului gerakan imam dan tidak pula terlambat jauh darinya serta tidak melakukan gerakan bebarengan dengannya, maka dia akan terbiasa mengendalikan dirinya.
11.  Membangkitkan perasaan orang muslim dalam barisan jihad, sebagaimana yang Allah firmankan,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. Ash Shaff: 4)
Orang yang mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah dan membiasakan diri untuk berbaris rapi, lurus dan rapat, akan menumbuhkan dalam dirinya kesetiaan terhadap komandan dalam barisan jihad sehingga dia tidak mendahului dan tidak menunda perintah-peritnahnya.
12. Menumbuhkan perasaan sama dan sederajat dan menghilang status sosial yang terkadang menjadi sekat pembatas di antara mereka. Di sana, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk berdampingan dengan orang besar. Karena itulah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk menyamakan shaff (barisan) shalat. Beliau bersabda, "janganlah kalian berselisih yang akan menyebabkan perselisihan hati-hati kalian." (HR. Muslim)
13. Dapat terlihat orang fakir miskin yang serba kekurangan, orang sakit, dan orang-orang yang suka meremehkan shalat. Jika terlihat orang memakai pakaian lusuh dan tampak tanda kelaparan dan kesusahan, maka jamaah yang lain akan mengasihi dan membantunya. Jika ada yang tidak terlihat di masjid, akan segera diketahui keadaannya, apakah sakit atau meremehkan kewajiban shalat berjamaah. Orang yang sakit akan dijenguk dan diringankan rasa sakit dan kesusahannya, sedangkan orang yang meremehkan shalat akan cepat mendapat nasihat sehingga akan tercipta suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
14. Akan menggugah keinginan untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shabatnya. Melalui shalat berjamaah, umat Islam bisa membayangkan apa yang pernah dijalani oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama para shabatnya. Sang imam seolah menempati tempat Rasulullah yang para jamaah seolah menempati posisi sahabat.
15. Berjamaah menjadi sarana turunnya rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
16. Akan menumbuhkan semangat dalam diri seseorang untuk meningkatkan amal shalihnya dikarenakan ia melihat semangat ibadah dan amal shalih saudaranya yang hadir berjamaah bersamanya.
17. Akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "shalat berjamaah itu lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian." (HR. Muslim)
18. Menjadi sarana untuk berdakwah, baik dengan lisan maupun perbuatan. Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur dan menjaga waktu.


Tujuan :Menginggatkan agar kita sebagai muslim dan muslimah tetap menjaga  shalat berjamaah terutama shalat jamaah yang wajib,kita agar semua manfaat yang di jelaskan tadi kita peroleh pada saat di akhirat nanti dan mendapatkan pahala serta syurga kelak amin . . .
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua amin ,,,,



Rabu, 12 Oktober 2011

Bernalar yang baik

Ketika mendapat tugas softskill untuk menulis suatu artikel dengan tema "Menulis adalah Proses Bernalar" saya langsung membuka halaman google untuk mencari pencerahan. Banyak link-link yang menjelaskan karya tulis, jenis-jenis karya tulis maupun definisi'a.
Padahal menurut logika saya karya tulis itu diambil dari kata karya dan tulis.

karya = karya
tulis = tulis
Jadi karya tulis merupakan karya dalam bentuk tulisan. Se"simple" itukah? hehe

Setelah berkonsultasi dengan mbah google, dan menepi di gunung selama 3 hari (hoho) saya mendapati suatu pemikiran lain, bahwa karya tulis merupakan suatu bentuk ide dan pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan suatu informasi yang diinginkan oleh penulis.
Mungkin ada baiknya sebelum mengerti dunia karya tulis kita masuk ke dunia peramalan. hehe
Anda pernah diramal?
Biasanya peramal akan meramal diri anda melalui media tangan anda.
Walaupun saya cuma anak akuntansi bukan berarti saya tidak bisa meramal (hehe)
Sebenarnya kita bisa meramal seorang penulis dari karya tulis'a.
Jika karya tulis'a berhubungan dengan resep masakan, maka penulisnya sudah pasti sering memasak dan mengerti dunia penggorengan
Jika karya tulis'a berhubungan dengan dunia wisata/adventure maka penulis'a pasti orang yang suka menjelajah dan jalan-jalan.
Intinya kita bisa meramal pribadi seorang penulis dari karya tulisnya. Darimana memahaminya? Dari penalaran, pemahaman, dan pandangan penulisnya.

Sehingga yang menjadi sorotan dalam suatu karya tulis adalah ekspektasi penalaran yang ingin diungkapkan, karena dalam membuat suatu karya tulis seorang penulis pasti mengeluarkan analisis, daya pikir, logika, dan emosinya.

Saya membaca suatu berita di www.detikcom , bahwa karya tulis diharapkan mampu mengubah paradigma seorang teroris. Lebih lengkapnya berita tersebut sbb :
Teroris Bisa Dicuci Otak Lewat Karya Tulis
Jakarta - Pembinaan terhadap pelaku terorisme bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membuat karya tulis.

Menurut pemerhati teroris Mardigu WP, cara ini terbukti efektif di China ketika pemerintahnya mendoktrin soal komunisme.

"Kalau mereka dipenjara 3 tahun, mereka akan disuruh membuat karya tulis sampai tulisannya bagus dan sesuai keinginan pemerintah," kata Mardigu saat berbincang lewat telepon, Kamis (20/8/2009).

Ia menambahkan, para terpidana tersebut tidak akan dibebaskan sebelum dinyatakan 'lulus'. Teknik doktrin seperti ini diharapkan efektif dalam menangani pola pikir para teroris.

"Kalau sudah disuruh membuat tulisan berulang-ulang, mereka dipaksa memikirkan sebuah keindahan yang baru," jelasnya.

Jika diterapkan di Indonesia, ia menilai harus diimbangi dengan fasilitas penunjang yang memadai. Terutama soal pemisahan penjara bagi pelaku terorisme dengan kriminal lainnya.

"Idealnya dibagi 3, penjara narkoba, penjara kriminal biasa dan teroris," kata ahli hipnoterapis yang pernah dilibatkan dalam penanganan teroris ini.