Pendeksian atau cara mengetahui adanya kecurangan akuntansi (fraud) mejadi hal yang penting untuk menjaga keberlangsungan suatu Entiti. Dengan adanya usaha pendekteksian ini maka diharapkan gejala kecurangan yang mungkin terjadi dapat didiagnosa yang kemudian dilakukan tindakan yang menuju pada pembenaran secara akuntansi.
Pendeteksian terhadap kecurangan (fraud) akuntansi dapat di lakukan dengan mendeteksi indikasi kecurangan pada Akun atau elemen laporan keuangan dalam akuntansi dan pada User atau pihak pengguna atu pihak yang berkepentingan dengan Informasi akuntansi. Adapun penjelasan tentang pendeteksian kecurangan (fraud) akuntansi adalah sebagai berikut:
Pendeteksian terhadap kecurangan (fraud) akuntansi dapat di lakukan dengan mendeteksi indikasi kecurangan pada Akun atau elemen laporan keuangan dalam akuntansi dan pada User atau pihak pengguna atu pihak yang berkepentingan dengan Informasi akuntansi. Adapun penjelasan tentang pendeteksian kecurangan (fraud) akuntansi adalah sebagai berikut:
Pendeteksian Berdasarkan Akun Atau Elemen Laporan Keuangan
Amrizal (2004) menguraikan garis besar cara mendeteksi kecurangan menurut ACFE adalah sebagai berikut:1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).
Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan Keuangan sebagai berikut:
a. Analisis vertikal,
yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.
b. Analisis horizontal,
yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.
c. Analisis rasio,
yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan keuangan Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut
2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)Variasi pendeteksian kecurangan jenis ini sangat beragam. Pemahaman terhadap pengendalian intern atas pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam mendeteksi kecurangan. Metode-metode yang bisa digunakan antara lain:
a) Analiytical Review
Review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidak biasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.
b) Stastitical Sampling
Melakukan sampling atas pos-pos tertentu yang dicurigai, misalnya persediaan. Dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif
c) Vendor or outsider Complaints
Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
d) Site Visite – Observation
Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut.
3. Korupsi (Corruption)
Kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya.
Pendeteksian berdasarkan User atau Pihak yang berkepentingan dengan Informasi akuntansi
Pendeteksian terjadinya praktik kecurangan bisa dilakukan dengan mengenali gejala-gejalanya antara lain:1. Gejala Kecurangan pada Manajemen
Umumnya agak sulit dideteksi, namun gejalanya dapat dikenali yaitu timbulnya ketidakcocokan diantara manajemen puncak, rendahnya moral dan motivasikaryawan, Departemen akuntansi kekurangan staf, tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak konsumen, pemasok, atau badan otoritas, terjadi kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi, menurunnya tingkat penjualan atau laba sementara utang dan piutang usaha meningkat, perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu yang lama, terdapat kelebihan persediaan yang signifikan, terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.
2. Gejala Kecurangan pada Karyawan/Pegawai
Gejala kecurangan yang dilakukan oleh karyawan atau pegawai dapat dikenali antara lain yaitu pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa perincian/penjelasan pendukung, melakukan pengeluaran tanpa dokumen pendukung, pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar, penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran, kekurangan barang yang diterima, kemahalan harga barang yang dibeli, munculnya faktur ganda, penggantian mutu barang (Sie Infokum, 2008).Perubahan perilaku drastis dari individu yang melakukan kecurangan bisa digunakan sebagai indikasi (Sie Infokum, 2008), antara lain yaitu
1. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti biasanya,gaya hidup mewah, mobil atau pakaian mahal
2. Gaya hidup di atas rata-rata
3. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat verja
4. Penjudi berat
5. Peminum berat
6. Sedang dililit utang
7. Temuan audit atas kekeliruan (error) atau ketidakberesan (irregularities) dianggap tidak material ketika ditemukan
8. Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering bekerja
sendiri.
Kesimpulan
Dari Penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Kecurangan (fraud) akuntansi dapat dideteksi sehingga dengan usaha pendeteksian tersebut dapat diambil tindak lanjut yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan suatu entiti, adapun pendeteksian kecurangan (fraud) dapat dilakukan berdasarkan elemen laporan keuangan maupun berdasarkan user.
Demikianlah uraian singkat tentang pendeteksian kecurangan akuntansi dalam blog akuntansi pendidik, semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca